Cahaya Pendidikan di Kampung: Kisah Inspiratif Rumah Belajar Sanctissima yang didirikan Anggota Brimob Polda NTT

Cahaya Pendidikan di Kampung: Kisah Inspiratif Rumah Belajar Sanctissima yang didirikan Anggota Brimob Polda NTT

Tribratanewsntt.com - Rumah Belajar Sanctissima, inisiatif dari Bripka Vinsensius M. Nurak, seorang anggota Intelmob Kompi 1 Batalyon B Pelopor Maumere, Satuan Brimob Polda NTT dan istrinya, Maria Sherly Hilene, S.Pd, M.TESOL, telah menjadi cahaya harapan bagi anak-anak di dusun Woloara, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka sejak tahun 2016. Inisiatif ini lahir dari tekad bersama pasangan suami istri ini untuk tidak membiarkan seorang pun anak terpinggirkan dalam proses pendidikan.

Dengan visi "NO CHILD LEFT BEHIND", Rumah Belajar Sanctissima berkomitmen untuk menyediakan sumber belajar bagi anak-anak dan remaja sebagai bekal pembelajaran sepanjang hayat. Misi mereka meliputi peningkatan kemampuan numerasi dan literasi anak-anak, peningkatan kualitas kesehatan fisik dan mental melalui posyandu anak dan remaja, pengenalan kamtibmas, bimbingan rohani, serta pengembangan kearifan lokal melalui kelas tenun ikat.

Rumah Belajar Sanctissima, yang menampung sekitar 50 anak dari berbagai tingkatan pendidikan mulai dari PAUD hingga SMA, berdiri atas dana pribadi Bripka Vinsensius dan Maria Sherly. Mereka membangun fasilitas ini dengan tabungan dan gaji mereka masing-masing sebagai PNS. Inisiatif ini tidak hanya merupakan bentuk kepedulian terhadap pendidikan anak-anak di kampung yang kurang mampu, tetapi juga sebuah nazar dari Maria Sherly atas beasiswa yang dia terima untuk studi S2 di Australia.

Setiap hari, Rumah Belajar Sanctissima buka pintunya dengan menyediakan perpustakaan dan wifi gratis bagi anak-anak yang membutuhkan. Selain itu, mereka juga menyelenggarakan berbagai layanan gratis pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, mulai dari kelas baca tulis hingga kelas Bahasa Inggris. Bahkan, terdapat kelas tenun ikat bagi anak-anak SMP dan SMA.

Selain kegiatan pembelajaran, Rumah Belajar Sanctissima juga memberikan pemberian makanan tambahan gratis, seperti susu, telur, roti, dan makanan pokok, serta menyelenggarakan posyandu anak dan remaja setiap bulannya.

Bapak Vinsensius dan istrinya juga memberikan kontribusi berupa kebun contoh seluas sekitar 1 hektar bagi anak-anak Rumah Belajar untuk belajar bercocok tanam, dengan hasil panen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional anak-anak, terutama buku dan makanan.

Sejak berdirinya pada tahun 2016, semua biaya operasional Rumah Belajar ditanggung sepenuhnya oleh Bripka Vinsensius dan Maria Sherly, baik dari gaji mereka maupun remunerasi tambahan. Awalnya, guru-guru di sana bekerja secara sukarela, namun seiring berjalannya waktu, ada sponsor yang membantu dalam pembayaran honor para guru serta menyediakan bantuan peralatan seperti laptop, LCD, kursi, dan meja untuk kegiatan belajar-mengajar. Semua ini merupakan bukti nyata dari komitmen mereka dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi generasi muda di dusun Woloara dan sekitarnya.